 |
Kantata Takwa |
Kantata Takwa
Di ujung dekade 80an, dunia musik Indonesia menyaksikan kelahiran sebuah grup band super bernama "Kanata Takwa". Grup band ini merupakan penyatuan para sang maestro yang telah memiliki nama besar di panggung masing-masing. Formasi dalam grup band ini di antaranya ialah Iwan Fals dan Sawung Jabo yaitu dua orang vokalis sekaligus komposer dengan segudang karya dan jutaan penggemar, Setiawan Djody yaitu wirausaha, penanggung resiko sekaligus musisi mumpuni, WS Rendra sang pujangga dan sutradara teater yang karismatik, Jockie Suryoprayogo seorang keyboardis legendaris dan pengatur aransemen musik, Donny Fattah seorang musisi, pencipta lagu dan salah satu pendiri sekaligus basis grup band God Bless, Innisisri sebagai pemain drum dan perkusi yang sangat dihormati, dia adalah salah satu pilar di balik kesuksesan grup-grup musik di Indonesia seperti, Sirkus Barock, Swami dan Kantata Takwa, ia juga merupakan salah satu sahabat dekat Sawung Jabo, permainan drumnya mengeksplorasi perpaduan unik antara irama drum/perkusi dengan berbagai musik tradisional.
Pada tahun1990 mereka meluncurkan album musik perdana yang diberi nama "Kantata Takwa". Berbeda dengan grup musik/band pada lainnya, Kantata Taqwa menawarkan sesuatu yang lebih spesial dalam album mereka, didalam album itu lebih pas digambarkan sebagai ruang dialog, tempat berdiskusi, dan wujud nyata dari sensitivitas sosial estetika para personelnya. Pandangan mereka yang tajam terhadap realitas sosial budaya, mengukuhkan Kantata Taqwa sebagai cerminan baru dari dinamika dan perjalan panjang masyarakat di Indonesia pada masa itu.
Bagi Kantata Taqwa, musik adalah alat untuk s dengan lirik-lirik yang lahir dari pengamatan kehidupan. Inilah mengapa mereka tidak mau terfokus dalam satu genre musik tertentu. Fokus utama mereka yaitu bagaimana cara menemukan komposisi musik yang pas dan menyelaraskan pada setiap lirik yang di tulis. Alunan melodi mereka tidak dimaksudkan untuk membuai setiap pendengar hingga lupa diri, melainkan disajikan secara jujur agar pesan lirik tetap menonjol dan mudah dipahami.
Mengapresiasi karya Kantata Takwa bagaikan menyusuri galeri kehidupan dari nuansa spiritual yang dalam hingga realita pahit yang menyentuh. Salah satu lagu mereka yang berjudul "Kesaksian", sebuah lagu yang menyuarakan beragam tragedi kemanusian yang harus diungkap, atau "Orang Orang Kalah", yang menggambarkan semangat dan daya juang rakyat biasa, dan pada salah satu lagu mereka menghadirkan renungan tentang kepasrahan manusia terhadap kuasa Allah SWT.
Setiawan Djodi, Antara Kekuasaan Dan Kritik Sosial
Tidak hanya menjadi motor penggerak dan pendana, Setiawan Djody juga berperan sebagai penyaring dari berbagai tekanan yang diterima pada grup ini. Kedekatannya dengan para penguasa di masa pemerintahan saat itu bagaikan sebuah pisau bermata dua, meskipun tidak disukai beberapa kalangan, perannya sebagai pencipta dan perencana utama terbentuknya Kantata Taqwa tidak bisa dielakkan.
Album Kantata Taqwa juga tak segan menyentuh luka sejarah politik orde baru, lagu yang berjudul "Paman Doblang", terinspirasi langsung dari pengalaman WS Rendra yang mendekam di penjara pada tahun 1978 tanpa pengadilan, kesalahannya hanya satu "membacakan puisi". 10 bulan dalam penjara, WS Rendra bukannya patah semangat justru menyulut kreativitas beliau, lahirlah berbagai naskah baru yang tetap konsisten menyalakan api perlawanan. Melalui lagu "Paman Doblang" ia menawarkan kisah tentang keteguhan yang tak tergoyahkan oleh penindasan sang penguasa.
Tidak dapat di pungkiri lagu-lagu dalam album Kantata Taqwa memang penuh dengan kritik sosial terhadap pemerintahan pada masa itu, "Orang-Orang Kalah", menjadi salah satu contoh nyata bagaimana Kantata Taqwa menyuarakan pergulatan masyarakat kecil yang terabaikan. Kolaborasi suara antara Iwan Fals dengan Budhy Harboyo, dentuman drum innisisri, berhasil menangkap gelora jiwa antara harapan dan keputusasaan, sementara gitar distorsi panjang Setiawan Djody pada interlude bagaikan jeritan panjang yang menyayat. Kekuatan dalam lagu ini bahkan berhasil memanggil Setiawan Djody menghadap mentri pertahanan dan keamanan pada masa itu, Benny Moerdani, untuk mempertanggung jawabkan atas lagu itu. Berbulan-bulan setelah album Kantata Taqwa dirilis, ia masih terus di terus sibukkan dengan pihak instasi terkait untuk menjelaskan visi misi dari album tersebut.
Salah Satu Konser Musik Terbesar
Kemunculan album Kantata Taqwa pada 1990 begitu fenomenal, mengalahkan album musik lain yang dirilis pada masa itu. Kombinasi lima nama besar dalam album itu bagaikan magnet yang menarik semua kalangan. Kedalaman intelektual masing-masing personel melahirkan karya yang tidak hanya enak di dengar, tetapi juga mengundang refleksi mendalam, menantang nalar, dan mengajak kita menelisik keselarasan antara aransemen musik dengan kisah-kisah nyata kehidupan dibalik setiap lirik .
Konser bersejarah mereka di gelar di stadion Gelora Bung Karno pada 23 Juni 1990.
Ada hal unik pada konser tersebut, dimana penonton cukup menukarkan sampul kaset aslinya sebagai tiket masuk. Cara ini memancing minat dan semangat yang luar biasa, lebih dari seratus ribu orang membanjiri stadio GBK dan menjadikannya salah satu konser terbesar yang pernah ada di Indonesia. Gelombang penonton yang begitu banyak akhirnya memicu intervensi keamanan. Di beberapa pintu masuk penonton dipaksa merunduk dan berjongkok dibawah ancaman senjata aparat untuk bisa memasuki lapangan
Setelah konser akbar tersebut, tak berapa lama kemudian, Kantata Taqwa menggelar dua konser besar di Surabaya pada tanggal 11-12 Agustus 1990 dan di Solo pada tanggal 11-12 September 1990. Setelah sekian lama absen dari sorotan kelompok ini berupaya bangkit kembali lewat konser di stadion GBK pada 30 Agustus 2003, sayang gema kumandang mereka tak sehebat dulu, penyebabnya beragam, terutama karena sosok yang mereka kritik dulu Presiden Soeharto telah lengser pada 21 mei 1998, reformasi membawa kebebasan, sehingga semua orang bebas bersuara lantang.
Film Kantata Taqwa
Dirilis pada tahun 2008, film dokumenter musikal "Kantata Taqwa" adalah karya sutradara Eros Djarot dan Gatot Prakoso. Film ini harus melalui proses perjalanan produksi yang sangat berliku selama 18 tahun dikarenakan kontennya yang sarat kritik sosial-politik terhadap rezim Orde Baru yang represif. Setelah melalui berbagai tantangan, film itu akhirnya tayang perdana di bioskop Indonesia pada 26 September 2008 di Blitzmegaplex, sebelum kemudian berkelana di berbagai festival film mancanegara.
Produksi film ini didukung banyak sutradara film Indonesia, termasuk dari IKJ, dengan beberapa telah meninggal sebelum film ini dirilis. Tertahan selama era Orde Baru, film yang awalnya menggunakan kamera 35mm (milimeter) ini baru bisa dirilis tahun 2008 setelah rol film disimpan dan 18 tahun melintasi krisis finansial 1997 dan keruntuhan Orde Baru. Meski dibebaskan di era reformasi, film ini dikritik karena dianggap sudah kehilangan relevansinya dengan kondisi Indonesia masa kini.
Film yang produksinya dimulai Agustus 1990 ini baru rilis September 2008 setelah melewati berbagai hambatan. Mengangkat konser Kantata Takwa di GBK tahun 1991, film ini menampilkan kolaborasi WS Rendra dengan musisi Kantata seperti Iwan Fals dan kawan-kawan. Konser April 1991 yang didokumentasikan ini menjadi pertunjukan terakhir mereka sebelum dilarang tampil, merepresentasikan perlawanan terhadap pemerintahan Orde Baru melalui syair dan lagu yang teatrikal.
Kantata Takwa
Dirilis: 1 Mei 1990
Direkam: 1990
Genre: Pop, Rock, Glam rock, Rock progresif, Balada, Folk
Label: Airo Records
Produser: Setiawan Djodi
- 1. Kantata TakwaKantata Taqwa
- 2. KesaksianKantata Taqwa
- 3. Orang-Orang KalahKantata Taqwa
- 4. Paman DoblangKantata Taqwa
- 5. Balada PengangguranKantata Taqwa
- 6. NocturnoKantata Taqwa
- 7. GelisahKantata Taqwa
- 8. RajawaliKantata Taqwa
- 9. Air MataKantata Taqwa
- 10. Sang Petualang Kantata Taqwa
Posting Komentar untuk "Kantata Taqwa"