Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SWAMI

 

Iwan fals Swami
Personil SWAMI

SWAMI

Dirilis pada tahun 1989, album "Swami" adalah hasil kolaborasi para musisi legendaris Indonesia, yaitu Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel, Nanoe, dan Innisisri. Album ini terkenal berkat dua lagu yang sangat kontroversial, "Bento" dan "Bongkar", yang berani mengkritik sistem pemerintahan Orde Baru. Kontroversi "Bento" semakin menjadi karena lagu ini diasosiasikan dengan "Benteng Soeharto" dan melodinya yang mirip dengan "Day Tripper" karya The Beatles. Kesuksesan fantastis album Swami di pasaran pada zamannya tidak lepas dari dua lagu andalannya, "Bento" dan "Bongkar". 

Beralih ke era milenium, pada tahun 2007, album "Swami" berhasil menduduki peringkat ke-8 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik" yang dirilis oleh majalah Rolling Stone Indonesia pada edisi #32, Desember 2007. Beberapa lagu dari album ini, termasuk "Bento", "Bongkar", dan "Cinta", juga diabadikan melalui film Kantata Takwa yang dirilis pada tahun 2008.

Prestasi kedua lagu ini semakin diakui ketika Majalah Rolling Stones dalam edisi Desember 2009 menempatkannya dalam jajaran "150 Lagu Indonesia Terbaik"; "Bongkar" meraih posisi puncak (#1), sementara "Bento" berada di peringkat kesepuluh (#10). 

Bento

Lagu "Bento" karya musisi legendaris Iwan Fals telah melekat di benak masyarakat Indonesia. Lagu ini kerap dinyanyikan oleh berbagai kalangan tanpa memandang status sosial. Begitu mendengar intro lagunya, orang-orang langsung bersenandung dan teringat jelas pada sosok Iwan Fals. Lagu ini kerap ditafsirkan sebagai bentuk kritik tajam Iwan Fals terhadap pemerintahan pada masanya, dengan menggambarkan karakter "Bento" sebagai seorang yang sangat kaya dan serba bisa. Namun, pada hakikatnya, lagu tersebut merepresentasikan pandangan sang musisi mengenai stratifikasi sosial yang tengah menjadi pergulatan pikirannya saat itu. Dalam sebuah jumpa pers virtual pada Januari 2022, Iwan Fals mengungkapkan "Waktu itu lagi ramai tentang pembangunan real estate yang jadi impian semua keluarga muda. Sampai akhirnya mereka berani menghalalkan segala cara".

Bagi Iwan Fals, membuat lagu "Bento" tidaklah rumit. Lagu itu lahir secara natural dari pengamatannya atas fenomena sosial yang ia alami sehari-hari. Sebelum mantap dengan "Bento", beberapa nama sempat dipertimbangkannya untuk menjadi tokoh dalam lagu. "Ujung-ujungnya ya jadi lagu begitu saja. Awalnya kami coba berbagai nama, tapi yang pas dan diingat orang justru 'Bento'," tutur Iwan Fals.

Keunikan proses kreatif ini terletak pada perenungan Iwan Fals terhadap dirinya sendiri. Alih-alih hanya mengkritik orang lain, ia justru merasa takut jika nanti berada di posisi strata sosial tertinggi dan kehilangan nilai-nilai kemanusiaan, hingga akhirnya berubah menjadi jahat. Dengan santai, ia menjelaskan, "Fenomena sosial memang berpengaruh, tapi lagu 'Bento' ini lahir dari proses berkaca. Saya membayangkan diri saya sendiri dalam posisi itu, dan apa yang akan saya ucapkan bila hati ini menjadi jahat."

Bongkar 

Keprihatinan Iwan Fals terhadap pembangunan Waduk Kedung Ombo pada masa Orde Baru melahirkan salah satu lagunya yang paling ikonik: "Bongkar". Seperti karya-karyanya yang lain, lagu ini penuh dengan lirik kritis yang menyoroti ketidakadilan yang dilakukan demi pembangunan. Inspirasi lagu ini berawal dari pertengahan tahun 80-an, ketika pemerintah Orde Baru, dengan bantuan dana Bank Dunia, melangsungkan proyek pembangunan waduk tersebut, sebuah peristiwa yang meninggalkan kesan mendalam bagi Iwan Fals.

Tragedi Waduk Kedung Ombo, seperti dilaporkan NU Jabar, terjadi ketika pemerintah Orde Baru mengusir paksa 5.391 KK (sekitar 25.000 jiwa) dari 37 desa tanpa kompensasi yang layak. Proyek ini tidak hanya merampas tanah dan mata pencaharian warga, tetapi juga menghilangkan situs sejarah penting, termasuk makam pahlawan Nyai Ageng Serang. Penolakan keras muncul dari warga yang mempertahankan haknya, dengan mayoritas menolak transmigrasi ke luar Jawa sebagai "solusi" yang ditawarkan.

Bukannya mendengarkan aspirasi, pemerintah justru menanggapi protes dan tuntutan warga dengan tindakan kekerasan yang tidak berperikemanusiaan. Cara-cara represif, intimidasi, dan teror diterapkan untuk mengamankan proyek. Aparat sipil dan militer dikerahkan guna memaksa warga meninggalkan tanah kelahiran mereka agar pembangunan waduk dapat terus dilaksanakan.

Bunga Trotoar 

Karya Iwan Fals (Virgiawan Listanto) seringkali terasa seperti turun dari langit. Salah satu masterpiece-nya dalam album SWAMI, "Bunga Trotoar", menyoroti kepedihan para pedagang kecil yang tersingkir oleh dalih penertiban kota. Metafora "bunga" di trotoar ini sungguh mengena; ia melambangkan ketahanan usaha rakyat yang justru dibiarkan tumbuh tanpa naungan, diabaikan, dan akhirnya diinjak-injak. Mereka adalah sang penantang, antithesis nyata dari sistem kapitalis-liberal yang menggurita. Lahir di tahun 1989, lagu ini bukan sekadar cerita, melainkan gambaran suram realita ekonomi masyarakat kecil: mandiri tetapi terpencil, dan terus melawan dengan gigih. Pada akhirnya, "Bunga Trotoar" adalah bukti kepekaan sekaligus suara lantang Iwan Fals menentang kesenjangan yang sangat kontras dengan nilai keadilan sosial Pancasila.

Pada pasal 33 Ayat 4 UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa sistem perekonomian nasional harus berlandaskan pada demokrasi ekonomi. Prinsip-prinsip yang dianut adalah kebersamaan, efisiensi yang berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian, dengan tetap menjaga keseimbangan kemajuan serta persatuan ekonomi nasional. Amanat dari pasal ini adalah penegakan kedaulatan ekonomi, keadilan, dan keberlanjutan dalam mengelola perekonomian negara dan kekayaan alam, yang pada ujungnya bertujuan untuk menghapuskan ketimpangan struktural. Justru para pedagang kaki lima, yang dilambangkan sebagai "Bunga Trotoar" dan berbagai bentuk usaha mikro sejenisnya, sering kali menjadi korban dari ketimpangan struktural yang seharusnya dihilangkan menurut amanat konstitusi tersebut.

Kritik sosial-ekonomi yang disampaikan lewat lagu "Bunga Trotoar", pada hakikatnya merupakan bentuk protes atas minimnya perlindungan negara terhadap nasib para pedagang kecil ("Bunga Trotoar") dan Usaha Kecil Menengah (UKM) atau "Bunga Kota/Desa" dalam kebijakan ekonomi nasional. Kebijakan yang ada dinilai cenderung berpihak pada sistem kapitalis-liberal dan mendukung pasar bebas, dengan berpedoman pada konsep the invisible hand dari Adam Smith yang membebaskan semua pihak untuk bersaing tanpa campur tangan negara. Paradigma inilah yang pada akhirnya melahirkan ketimpangan struktural sebagai akar dari ketidakadilan sosial-ekonomi. Sistem pasar bebas menyebabkan kedaulatan rakyat dan negara terkikis, karena kekuasaan justru terkonsentrasi di tangan pemilik modal dan oligarki.


Iwan fals Swami
Album SWAMI 

SWAMI

Personil 
  • · Iwan Fals: Vokal, Gitar Akustik, Harmonika, Backing Vokal
  • · Sawung Jabo: Vokal, Gitar Akustik, Backing Vokal
  • · Naniel Yakin: Flute, Rekorder, Vokal, Backing Vokal
  • · Nanoe: Bass, Backing Vokal
  • · Innisisri: Drum, Perkusi, Backing Vokal
Asal: Jakarta, Indonesia
Genre: Pop, Rock
Tahun aktif: 1989 - 1991
Label: AIRO Records

Daftar Lagu 
  1. " Bento " Pencipta Iwan Fals, Naniel Yakin, Lokasi rekaman Condet, April 1989
  2. "Bongkar" Pencipta Iwan Fals, Sawung Jabo Gun Studio, Desember 1989 7:11
  3. "Badut" Pencipta Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Lokasi rekaman Klender, April 1989
  4. "Esek Esek Udug Udug (Nyanyian Ujung Gang)" Pencipta Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Lokasi rekaman Klender, April 1989
  5. "Potret" Pencipta Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Lokasi rekaman Condet ,April 1989
  6. "Bunga Trotoar" Pencipta Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Lokasi rekaman One Feel Studio, April 1989
  7. "Oh Ya..." Pencipta Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Lokasi rekaman Pasar Minggu, April 1989
  8. "Condet" Pencipta Iwan Fals, Naniel, Lokasi rekaman Condet, April 1989
  9. "Perjalanan Waktu" Pencipta Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Lokasi rekaman Pasar Minggu, April 1989
  10. "Cinta" Pencipta Iwan Fals, Sawung Jabo, Naniel Yakin, Lokasi rekaman Pasar Minggu 1989
Full albumnya 
Disini "YouTube"




Posting Komentar untuk "SWAMI"