Dewa 19 Dan Karir Perjalanannya
![]() |
Dewa 19 |
Dewa 19 Dan Karir Perjalanannya
Dewa 19 merilis empat album studio bersama Ari, yaitu "Dewa 19" (1992), "Format Masa Depan" (1994),"Terbaik Terbaik" (1995) dan "Pandawa Lima" (1997), dan menghasilkan hits seperti "Kangen", "Aku Milikmu", "Cukup Siti Nurbaya", "Cintakan Membawamu Kembali", "Kirana", "Kamulah Satu Satunya". Setelah Ari digantikan oleh Once pada tahun 1999, karir Dewa 19 melejit dengan album Bintang Lima (2000) dan Cintailah Cinta (2002) yang masing-masing terjual lebih dari satu juta keping. Dua album lagi yaitu "Laskar Cinta" (2004) dan "Republik Cinta" (2006).Hits yang pernah lahir pada era tersebut antara lain "Roman Picisan", "Risalah Hati", "Separuh Napas", "Arjuna", "Pupus", "Pangeran Cinta"Larut"dan "Dewi". Itu adalah perkembangan terbaru dari Dewa 19 setelah keluarnya Once pada tahun 2011.
Dewa 19 telah menghadirkan Virzha dan Ello sebagai vokalis utama dalam format kolaborasi. Selain itu, grup ini telah merekam ulang lagu-lagu lama mereka dengan dua vokalis tersebut dan melakukan konser-konser reuni dengan mantan personel sejak 2012. Di dekade 2020-an, mereka berhasil menggelar tur stadion sukses di Indonesia dan Malaysia, bahkan memecahkan rekor jumlah penonton tertinggi di Indonesia.
Dewa19 Dan Penghargaannya
Dewa 19 memang merupakan salah satu grup band yang sangat berpengaruh dalam sejarah musik Indonesia. Mereka mendapat pengakuan di berbagai bidang, termasuk masuk dalam daftar "The Immortals: 25 Artis Indonesia Terbesar Sepanjang Masa" oleh majalah Rolling Stone pada tahun 2008. Mereka juga meraih banyak penghargaan, termasuk Anugerah Khas di Anugerah Planet Muzik 2005 di Singapura.Selain itu, Dewa 19 pernah dinobatkan sebagai band terkaya di Indonesia pada tahun 2005 dengan pendapatan tahunan yang sangat tinggi. Bahkan hingga tahun 2023, mereka masih dikenal sebagai salah satu artis termahal di Indonesia. Keberhasilan mereka dalam mencapai eksistensi lintas generasi juga terbukti dengan jumlah streaming yang mencapai lebih dari 1 miliar di platform seperti Spotify. Ini menunjukkan betapa berpengaruhnya mereka dalam industri musik Indonesia.
Tahun 1986 hingga 199 adalah masa-masa awal perkembangan Dewa19, pertama kali dibentuk oleh empat siswa SMP Negeri 6 Surabaya. Pada tahun 1985, mereka membentuk band yang awalnya diberi nama "Booster". Kemudian, setahun kemudian pada tanggal 26 Agustus 1986, mereka mengganti nama band menjadi "Dewa". Nama "Dewa" diambil dari huruf awal nama mereka berempat, yaitu Dhani Ahmad (keybord,vokal), Erwin Prasetya (bas), Wawan Juniarso (drum), dan Andra Junaidi (gitar). Mereka berlatih di markas mereka, yang terletak di rumah Wawan di Jalan Dharmawangsa Dalam Selatan No. 7, komplek Universitas Airlangga.
Dewa awalnya memainkan musik yang lebih bersifat pop, tetapi mengalami perubahan arah ke musik jazz setelah Erwin memperkenalkan genre tersebut ke dalam grup. Pada tahun 1987, Wawan, yang adalah penggemar berat musik rock, memutuskan untuk meninggalkan grup dan bergabung dengan Outsider bersama dengan anggota seperti Ari Lasso dan Piyu. Posisi Wawan kemudian digantikan oleh beberapa drummer, termasuk Ari Sudono, Rizky Noviar, dan yang terakhir Salman harroen.Saat itu, nama Dewa diubah menjadi "Down Beat," diambil dari nama majalah jazz Amerika Serikat yang cukup terkenal di Jawa Timur dan sekitarnya. Down Beat meraih kesuksesan di panggung festival, seperti Festival Jazz Remaja se-Jawa Timur, menjadi juara I Festival band SLTA '90, dan meraih juara II di Jarum Super Fiesta Musik.
Ketika nama Slank sedang populer, Wawan dipanggil kembali untuk menghidupkan Dewa, dan kali ini dia mengajak Ari Lasso. Maka, nama "Down Beat" kembali berubah menjadi "Dewa". Kali ini, Dewa menghadirkan campuran beragam jenis musik seperti pop, rock, dan bahkan jazz, sehingga menciptakan alternatif baru dalam dunia musik Indonesia pada saat itu. Seorang teman sekelas Wawan, Harun, tertarik dengan konsep ini dan menawarkan investasi sebesar Rp 10 juta untuk mendukung mereka dalam pembuatan rekaman. Namun, karena di Surabaya tidak ada studio rekaman yang memenuhi syarat, mereka terpaksa pindah ke Jakarta, meskipun dengan modal yang terbatas.
Pada tahun 1992 sampai 1994 adalah periode pertama dan awal keberhasilan dalam album pertama mereka.
Dewa menyelesaikan rekaman album perdana mereka di Jakarta. Setelah selesai, Andra, Ari, Erwin, dan Wawan kembali ke Surabaya, sementara Dhani tetap berada di Jakarta untuk mencari label rekaman yang bersedia membantu mereka. Dhani kemudian menjalani perjalanan dari satu perusahaan rekaman ke perusahaan rekaman lain menggunakan bus kota. Pada awalnya, banyak perusahaan rekaman menolak mereka karena merasa lagu-lagu mereka tidak memiliki potensi komersial. Akhirnya, master rekaman Dewa menarik perhatian Jan Djuhana dari Team Records, yang sebelumnya sukses mengorbitkan Kla Project.
Pada tahun 1992, Dewa merilis album pertamanya yang diberi judul "19" karena pada saat itu usia rata-rata anggotanya adalah 19 tahun. Namun, ada kebingungan di antara pendengar karena judul album tersebut terlihat menyatu dengan nama "Dewa," sehingga band ini mulai dikenal dengan nama "Dewa 19." Secara tak terduga, album debut mereka sangat sukses dan laku di pasaran. Team Records, yang sebelumnya adalah label kecil, akhirnya meminta Aquarius Musikindo untuk mengambil alih produksi album ini. Album ini menghasilkan singel seperti "Kangen" dan "Kita Tidak Sedang Bercinta Lagi," yang sangat populer di kalangan pecinta musik Indonesia. Dengan album ini, Dewa 19 tiba-tiba menjadi sangat terkenal di dunia musik Indonesia. Mereka bahkan memenangkan dua penghargaan di BASF Awards 1993, yaitu "Pendatang Baru Terbaik" dan "Album Terlaris 1993."
Pada tahun 1994, Dewa 19 mengeluarkan album kedua mereka yang diberi judul "Format Masa Depan." Saat sedang dalam proses pembuatan album ini, Wawan meninggalkan Dewa 19, dan posisinya sementara diisi oleh dua penabuh drum pembantu, yaitu Ronald Fristianto (Gigi), yang berkontribusi dalam 6 lagu, termasuk "Masihkah Ada," "Still I'm Sure We'll Love Again," "Format Masa Depan," "Imagi Cinta," "Selamat Ulang Tahun," dan "Tak 'Kan Ada Cinta yang Lain," serta Rere Reza (Grass Rock), yang mengisi 4 lagu, seperti "Aku Milikmu," "Sembilan Hari & Liberty," "Mahameru," dan "Deasy".
![]() |
Pandawa Lima |
Dewa 19 Dan Aquarius Musikindo
Mulai tanggal 24 September 1994, Aquarius Musikindo resmi menjadi label Dewa 19, menggantikan Team Records. Album ini menghasilkan singel seperti "Aku Milikmu" dan "Tak Kan Ada Cinta yang Lain."
1995 hingga 1997: Periode album "Terbaik Terbaik" dan "Pandawa Lima".
Pada tahun 1995, Dewa merilis album yang berjudul "Terbaik Terbaik". Saat itu, posisi penabuh drum diisi sepenuhnya oleh Rere Reza (Grass Rock), yang juga membantu dalam album tersebut. Wong Aksan kemudian bergabung sebagai penabuh drum setelah rilisnya album "Terbaik Terbaik".
Album ini mengusung konsep musik pop rock dengan sentuhan unsur-unsur jazz, folk rock, funk, dan teknik penciptaan balada sentimental. Banyak pengamat musik menganggap album ini sebagai karya terbaik Dewa 19 yang mengukuhkan mereka sebagai salah satu grup band yang paling kreatif di Indonesia. Majalah Rolling Stone edisi Desember 2007 menempatkan album ini di peringkat 26 dalam daftar "150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa." Singel pertama dari album ini, "Cukup Siti Nurbaya," juga menduduki peringkat 20 dalam daftar "150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa" versi majalah Rolling Stone edisi Desember 2009.
Selain "Cukup Siti Nurbaya," album "Terbaik Terbaik" juga melahirkan singel hit lain seperti "Satu Hati (Kita Semestinya)" dan lagu balada "Cinta 'Kan Membawamu Kembali." Lewat album ini, Dewa 19 meraih penghargaan BASF Awards untuk "Grup Musik Rock Terbaik," "Grup/Duo Rekaman Terbaik," dan "Tata Musik Rekaman Terbaik." Video klip "Cukup Siti Nurbaya" juga meraih penghargaan "Video Klip Terbaik" di ajang Video Musik Indonesia. Album "Terbaik Terbaik" sukses terjual sebanyak 500.000 keping di Indonesia, dan sejak itu, Dewa 19 mulai menggunakan istilah "Baladewa" untuk menyebut para penggemar fanatik mereka.
Album keempat Dewa 19, yang berjudul "Pandawa Lima," dirilis pada tahun 1997 dengan formasi Ari Lasso sebagai vokalis, Andra Junaidi sebagai gitaris, Erwin Prasetya sebagai pemain bass, Ahmad Dhani sebagai pemain keyboard, dan Wong Aksan sebagai drummer. Melalui album ini, Dewa 19 meraih enam penghargaan di Anugerah Musik Indonesia 1997, termasuk "Lagu Alternatif Terbaik," "Lagu Terbaik Umum," "Duo/Grup Alternatif Terbaik," "Album Rhythm & Blues Terbaik," serta "Sampul Album Terbaik."
Album ini menghasilkan beberapa lagu hits, termasuk "Kirana" dan "Kamulah Satu-Satunya." Kedua lagu ini juga memenangkan penghargaan "Video Klip Favorit" di ajang Video Musik Indonesia. "Pandawa Lima" berhasil terjual lebih dari 800 ribu keping dan meraih sertifikat 5X Platinum.
![]() |
Bintang Lima |
Bintang Lima
Tur Dewa 19
Dewa mengadakan tur yang diberi judul "Atas Nama Cinta" di 25 kota di Indonesia, dimulai dengan konser di Plenary Hall, Jakarta Convention Center pada tanggal 18 Februari 2003. Dalam tur ini, Dewa juga mengundang Ari Lasso, mantan vokalis mereka. Pada awal tahun 2004, Dewa merilis album live ganda berjudul "Atas Nama Cinta" yang berisi rekaman dari konser selama tur tersebut, mencakup lagu-lagu hits Dewa sejak tahun 1992 dalam format konser. Selain itu, Dewa juga merilis ulang album "The Best of Dewa 19" dalam bentuk DVD yang berisi materi tentang kelahiran dan perjalanan Dewa 19, 10 video klip, serta 1 CD audio dan 1 buku sejarah dan perjalanan Dewa 19. Album "The Best of Dewa 19" sendiri sudah terjual hampir 1 juta kopi sejak pertama kali dirilis pada tahun 1999.
Pada tahun 2004, Dewa kembali melakukan tur di 30 kota yang didukung oleh Yamaha dengan judul "Yamaha Dewa Tour 2004 – Selalu Terdepan". Setelah tur ini, Dewa secara resmi merilis album kedelapan mereka yang berjudul "Laskar Cinta" pada tanggal 22 November 2004. Dalam album ini, Dewa menghadirkan musik rock yang lebih berat dan menggunakan elemen musik sampling. Album ini menghasilkan hits seperti "Pangeran Cinta," "Satu," dan "Cinta Gila." Nama Dewa kemudian dikembalikan menjadi "Dewa 19."
![]() |
Laskar Cinta |
Konflik Logo Album Dewa 19
Dewa 19 menghadapi masalah baru, kali ini dengan Front Pembela Islam (FPI), terkait sampul album "Laskar Cinta" yang mengandung logo yang menyerupai kaligrafi Allah. Konflik ini akhirnya berujung pada pelaporan Dewa 19 ke polisi oleh FPI setelah adu komentar panas di media. Namun, pada tanggal 27 April 2005, Dewa 19 dan pengacaranya Habib Umar Husein SH mengadakan konferensi pers untuk mengumumkan niat mereka untuk mengubah logo dalam sampul album "Laskar Cinta". Perubahan logo ini dipimpin oleh Tepan Cobain dari tim kreatif Dewa dengan konsultasi kepada seorang ahli kaligrafi Al Qur'an, Didin Sirajuddin AR.
Terkait dengan perubahan logo ini, Dewa 19 juga mencetak ulang sampul album "Laskar Cinta". Dalam cetakan ulang tersebut, selain logo yang diubah, ada juga perubahan dalam gambar personel Dewa yang sebelumnya memakai tato, seperti yang disarankan oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI).
![]() |
Konser Internasional Dewa 19 |
Konser Internasional Dewa 19
Selama periode tahun 2003 hingga 2005, Dewa telah mendapatkan sejumlah undangan untuk tampil dalam konser internasional. Pada tanggal 13-15 Agustus 2003, Dewa mengadakan dua konser di Jepang, satu di Tokyo dan satu lagi di Nagoya. Tahun 2004, mereka menggelar konser di Korea Selatan dan kemudian berlanjut ke Amerika Serikat untuk mengadakan pertunjukan di Boston, Houston, San Fransisco, dan Seattle. Pada tanggal 7 Mei 2004, Dewa juga diundang untuk memberikan konser di Timor Leste sebagai bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan negara tersebut.
Konser Dewa 19 pada tanggal 15 Mei 2004 di Municipal Stadium, Dili, dihadiri oleh 50.000 penonton. Jumlah ini merupakan rekor penonton terbanyak yang pernah diterima Dewa saat tampil di luar negeri. Pada hari berikutnya, ketika hendak kembali ke Indonesia, personel Dewa ditemui oleh presiden Xanana Gusmao di koridor Aeroporto Internacional Presidente Nicolau Lobato.[48] Pada Maret 2005, Dewa menggelar konser di kota Sydney dan Melbourne, Australia.[46] Selain itu, Dewa 19 juga menyelenggarakan konser di Singapura setelah menerima penghargaan istimewa dari Anugerah Planet Muzik 2005 sebagai "The Most Genius Band."
Dewa mulai serius menjajaki pasar internasional dengan menandatangani kontrak untuk tiga album bersama EMI Music International Hong Kong yang efektif mulai 1 Januari 2006. Kemudian, Dewa 19 merilis album yang diberi judul "Republik Cinta" pada awal tahun 2006 dalam dua versi, salah satunya untuk pasar Indonesia dan yang lainnya untuk pasar internasional.[50][52] Sebelum merilis album ini, pada tanggal 12 Desember 2005, Dewa dan EMI telah memperkenalkan lagu berjudul "Laskar Cinta" di 150 stasiun radio di Indonesia.[52] "Laskar Cinta" sendiri mencerminkan isu-isu terorisme dan kekerasan, terinspirasi oleh konflik Dewa dengan FPI beberapa waktu sebelumnya.t
Artikel oleh KH Abdurrahman Wahid di The New York Times, sebuah surat kabar ternama di Amerika Serikat, membantu mengenalkan nama Dewa 19 ke negara tersebut. Dewa menerima penghargaan LibForAll Award di Amerika Serikat atas lagu "Warriors of Love" (versi bahasa Inggris dari "Laskar Cinta") yang dianggap mendukung perdamaian dan toleransi beragama. Penghargaan ini diserahkan secara langsung oleh CEO LibForAll Foundation, Holland Taylor, di New York, Amerika Serikat.
Dewa 19 mengeluarkan lebih dari setengah miliar rupiah untuk memproduksi 11 video klip dalam album ini. Selanjutnya, Dewa 19 merilis VCD dan DVD Karaoke dari album "Republik Cinta."Mereka juga menciptakan video klip untuk lagu "I Want to Break Free" untuk tujuan internasional. Video ini dari lagu yang dimiliki oleh band legendaris Queen diputar di seluruh jaringan Hard Rock Cafe di seluruh dunia untuk memperluas pengetahuan tentang Dewa secara internasional.
Meskipun usaha mereka untuk mencapai karier internasional tidak berhasil, album "Republik Cinta" meraih penghargaan di AMI Awards 2006. Dewa 19 mendapatkan penghargaan "Grup Rock Terbaik" dan "Album Terbaik".[56] Selain itu, vokalis Dewa, Once, juga meraih penghargaan sebagai "Penyanyi Solo Pria Terbaik" melalui proyek solonya. Album "Republik Cinta" sendiri terjual sebanyak 450 ribu kopi dalam waktu 3,5 minggu. Pada bulan Maret 2006, album ini juga meraih sertifikat platinum di Malaysia. Pada tahun yang sama, Dewa juga diakui sebagai "Duta Surabaya" berkat kesuksesan dan prestasi mereka sebagai grup musik yang berasal dari Surabaya.
Pada tahun 2007, Dewa merilis sebuah album kompilasi yang diberi judul "Kerajaan Cinta," yang kemudian menjadi album terakhir dalam perjalanan karier grup ini. Album ini mencakup dua lagu baru, yaitu "Dewi" dan "Mati Aku Mati," sementara sisanya terdiri dari lagu-lagu dari album "Republik Cinta" dan lagu-lagu lama Dewa yang telah direkam ulang (remix). Lagu "Mati Aku Mati" dipilih sebagai trek suara (soundtrack) untuk film "Kamulah Satu-Satunya" yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dan dibintangi oleh Nirina Zubir.Film ini mengisahkan tentang seorang penggemar fanatik Dewa 19 dan pengorbanannya. Pada tahun yang sama, Dewa 19 harus menghadapi kehilangan personel lagi, yaitu Tyo Nugros. Tyo keluar setelah mengalami masa vakum dari aktivitas Dewa karena cedera pada kakinya yang mencegahnya bermain drum untuk jangka waktu yang lama.Posisi drummer kemudian diambil alih oleh Agung Yudha.
Dewa 19 mengadakan serangkaian konser besar di lima kota di Malaysia, seperti Kota Kinabalu, Kuching, Johor Bahru, Penang, dan Kuala Lumpur selama bulan Desember 2007.[66][67] Mereka bahkan tampil di Stadion Negara, Kuala Lumpur. Dewa 19 mencatatkan sejarah di dunia musik Malaysia dengan menjadi grup pertama yang mengadakan konser di lima kota besar dalam waktu sebulan. Dalam konser ini, Dewa 19 berkolaborasi dengan beberapa penyanyi terkenal Malaysia, termasuk Ella dan Sheila Majid. Dewa juga merilis lagu khusus untuk penggemar mereka di Malaysia yang berjudul "Cintaku Tertinggal di Malaysia." Selain itu, Dewa 19 menjadi ikon dari perusahaan telekomunikasi besar Malaysia, Celcom Bhd.
Setelah menyelesaikan tur di Malaysia, Dewa 19 memasuki masa vakum karena setiap anggota grup sibuk dengan proyek-proyek sampingan mereka masing-masing. Andra Junaidi membentuk grup musik bernama Andra & The Backbone pada tahun 2006 bersama Stevie Item dan Dedy Lisan. Album debut grup ini dirilis pada tahun 2007 dan meraih sukses dengan beberapa hits seperti "Musnah" dan "Sempurna".
Pada tahun 2007, Ahmad Dhani mulai mengembangkan manajemen Dewa 19 menjadi Republik Cinta Management yang sukses dalam memulai karier sejumlah penyanyi terkenal seperti Dewi Dewi, Mulan Jameela, dan The Virgin. Dhani juga membentuk grup musik The Rock dan menjadi vokalisnya. Vokalis Dewa 19, Once Mekel, juga merintis karirnya sebagai penyanyi solo dengan merilis singel berjudul "Ku Cinta Kau Apa Adanya" pada tahun 2007. Kemudian, pada tahun 2009, Yuke Sampurna mengikuti langkah rekan-rekannya dengan membentuk grup musik bernama Number One dan The Chemistry.
Dikarenakan kesibukan individu mereka, proyek album kesepuluh Dewa 19 terlambat untuk diselesaikan. Dewa 19 sempat kembali ke panggung musik dengan merilis hanya singel-singel, seperti "Perempuan Paling Cantik di Negeriku Indonesia" (2008) dan "Bukan Cinta Manusia Biasa" (2009). Kedua lagu ini dimasukkan dalam album kompilasi yang melibatkan artis-artis dari Republik Cinta Management. Menurut pengamat musik Bens Leo, Ahmad Dhani, yang merupakan otak Dewa 19, menjadi sangat sibuk dan hal ini mengakibatkan kelompok ini mengalami ketidakstabilan. Ia menjelaskan:
"Dhani mampu membangun Republik Cinta Management dan membuat artisnya terkenal, namun Dewa 19 justru mengalami penurunan perhatian... Jika Dhani tidak mendukung band utamanya, tentu banyak penggemar yang merasa kecewa. Ini juga berlaku untuk para pendengar musik di Indonesia yang sudah sangat terhubung dengan karakter musik Dewa 19.
Pada awal tahun 2011, Once akhirnya mengumumkan keputusannya untuk meninggalkan peran sebagai vokalis Dewa 19 agar dapat lebih fokus pada karier solonya. Kepergian Once ini menjadi penyebab utama dari masa vakum Dewa 19. Ahmad Dhani kemudian memulai pembicaraan dengan Once, dan akhirnya mereka memutuskan untuk membentuk kembali grup sebagai band nostalgia.
Setelah kepergian Once, Dewa 19 memutuskan untuk mengadakan konser reuni Dewa 19 di berbagai kota di Indonesia sebagai cara untuk memenuhi rindu penggemar mereka. Bahkan, Ahmad Dhani mengundang mantan anggota Dewa 19 yang pernah berkontribusi dalam sejarah grup, seperti Tyo Nugros, Wong Aksan, dan Ari Lasso, untuk bergabung dalam beberapa penampilan. Sesekali, Once juga tampil kembali bersama Dewa 19, bahkan berduet dengan Ari Lasso, meskipun pada awalnya Once sempat menolak tawaran untuk bergabung kembali dengan Dewa 19.
Pada tanggal 23 Februari 2013, terjadi konser reuni Dewa 19 yang membuat penonton kagum. Dalam konser tunggal Ari Lasso yang berjudul "Sang Dewa Cinta," Dewa 19 kembali menghadirkan anggota asli mereka yang belum pernah bersatu selama 19 tahun terakhir, yaitu Wawan Juniarso dan Erwin Prasetya. Kejadian langka ini membuat penonton seakan tidak percaya bahwa hal tersebut benar-benar terjadi. Hingga saat ini, Ahmad Dhani masih sering mengadakan konser reuni Dewa 19 dengan Ari Lasso sebagai vokalis mereka.
Ahmad Dhani pernah memiliki rencana untuk menghidupkan kembali Dewa 19 dari masa istirahatnya yang panjang dengan mengajak Ari Lasso untuk kembali menjadi vokalis utama Dewa 19.nAri Lasso, yang dulunya adalah vokalis asli Dewa 19, diminta oleh Ahmad Dhani untuk keluar dari label rekamannya sebagai syarat untuk bergabung kembali dengan Dewa 19.
Pada tanggal 2 Februari 2019, Dewa 19 mengadakan sebuah konser reuni di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun, karena sedang menjalani hukuman pidana, Ahmad Dhani tidak dapat mengikuti konser tersebut dan posisinya digantikan oleh anak ketiganya, Dul Jaelani.
Salah satu pendiri grup musik ini, Erwin Prasetya, meninggal dunia pada tanggal 2 Mei 2020 karena masalah pendarahan lambung. Jenazahnya dikebumikan di Surabaya. Dari tahun 2021 hingga saat ini, Dewa 19 telah kembali aktif dalam dunia rekaman dan juga telah mengadakan Konser Pesta Rakyat Dewa 19. Sejak tahun 2021, Dewa 19 telah memutuskan untuk merekam ulang lagu-lagu mereka yang lebih lama dengan Virzha berperan sebagai vokalis tamu. Sampai tahun 2023, Virzha telah berhasil merekam sebanyak 36 lagu bersama Dewa 19.
Pada tanggal 28 Februari 2022, Dewa 19 mengumumkan Marcello Tahitoe sebagai anggota tambahan yang akan berperan sebagai vokalis baru dalam Dewa 19. kemudian, pada tanggal 13 Desember 2022, Dewa 19 akhirnya merilis lagu baru yang dibawakan bersama-sama dengan Ari Lasso setelah selama 23 tahun tidak pernah bersatu kembali. Di tahun 2023, Dewa 19 telah mengadakan serangkaian tur dan konser, namun juga menghadapi konflik internal dengan mantan vokalis mereka, Once, terkait dengan hak royalti atas penggunaan karya sejak tahun 2019.
Personil Dewa 19
Saat ini :
- Ahmad Dhani, saat ini mengisi peran sebagai kibordis, penyintesis, pemrogram, pengarah kreatif, vokalis utama, dan gitaris sejak tahun 1986.
- Andra Ramadhan, juga tetap berperan sebagai gitaris sejak tahun yang sama.
- Yuke Sampurna, memegang peranan sebagai pemetik bas sejak tahun 2002,
- Agung Yudha, menjadi penabuh drum dan perkusionis sejak tahun 2007.
Mantan Personil Dewa 19:
- Wawan Juniarso, pernah menjabat sebagai penabuh drum dan perkusionis pada tahun 1986-1987dan 1991-1994.
- Erwin Prasetya, pemetik bas, aktif dalam periode 1986-1999,2000-2002 hingga meninggal dunia pada tahun 2020.
- Wong Aksan, mengisi peran penabuh drum dan perkusionis dari tahun 1995-1998.
- Tyo Nugros, mengambil alih posisi Wong Aksan tersebut pada tahun 1999-2007
- Once Mekel, menjadi vokalis utama dalam rentang waktu 1999-2011.
Vokalis tambahan:
- Virzha, menjadi vokalis sejak tahun 2021.
- Ello, bergabung sebagai vokalis sejak tahun 2022.
- Ari Lasso, yang sebelumnya menjabat sebagai vokalis utama dari tahun 1991 hingga 1999, kembali menempati peran tersebut sejak tahun 2022.
Album Dewa 19
- "19"(1992)
- Format Masa Depan (1994)
- Terbaik Terbaik (1995)
- Pandawa Lima (1997)
- Bintang Lima (2000)
- Cintailah Cinta (2002)
- Laskar Cinta (2004)
- Republik Cinta (2006)
Posting Komentar untuk "Dewa 19 Dan Karir Perjalanannya"